Secara umum, terdapat 2 hipotesis yang masih diperdebatkan mengenai asal usul dan migrasi manusia modern di bumi. Yang pertama adalah hipotesis Out-of-Africa dan yang kedua adalah hipotesis Multiregional. Hipotesis Out-Of Africa menyebutkan bahwa manusia modern muncul di Afrika. Mereka meninggalkan Afrika sejak 50 ribu sampai 60 ribu tahun yang lalu ke penjuru dunia. Dalam perjalanannya, mereka menggantikan archaic hominids, seperti Homo erectus yang meninggalkan Afrika lebih dulu yakni sejak 1,8 juta tahun yang lalu. Sementara itu, hipotesis multiregional menyebutkan bahwa populasi saat ini berasal dari archaic hominid, seperti Homo erectus selama lebih dari 1.8 juta tahun yang lalu di Afrika, Eropa, dan Asia, dan perlahan-lahan menjadi Homo sapiens. Adakalanya terjadi interbreeding sehingga tidak terbagi menjadi spesies yang berbeda. (untuk lebih jelas mengenai hipotesis ini dapat melihat gambar di bawah)
Pada bulan Februari, dua paper (satu di Science dan satu lagi di Nature) melaporkan survey terbesar terhadap diversitas manusia. Keduanya memeriksa lebih dari 500.000 single nucleotide polymorphisms (SNPs) dari the Human Genome Diversity Panel yang berasal dari kira-kira 1.000 individu dari 51 populasi dunia. Kedua tim riset menganalisa data yang berharga tersebut dengan bermacam-macam cara. Mereka membandingkan SNPs secara langsung pada populasi yang berbeda. Mereka juga memperkatikan haplotipe, blok DNA yang memiliki sejumlah SNPs yang diwariskan utuh selama banyak generasi. Tim yang menulis Nature paper juga mempergunakan teknik baru dalam melakukan survey variasi manusia, yakni dengan repetisi dan delesi dari DNA hingga sepanjang 1 juta nukleotida. Dengan mengamati ratusan ribu SNPs, peneliti dapat memecahkan identitas populasi dan melihat bagaimana relasi yang dekat secara genetik menyebar jauh dan luas. Nenek moyang penduduk asli Amerika terlacak kembali ke Siberia dan beberapa penduduk Asia lainnya. Orang Han memiliki populasi yang berbeda antara bagian utara dan selatan. Orang Bedouin berhubungan dengan orang Eropa dan Pakistan, begitu juga Orang Timur Tengah. Penemuan tersebut, yang selaras pula dengan riset sebelumnya dari antropologi, arkeologi, linguistik, dan biologi (termasuk studi mitokondrial DNA dan kromosom Y yang disebut di atas) memberikan dasar pondasi statistik yang lebih luas bagi hipotesis Out-of-Africa,mendukung ide bahwa populasi kecil manusia keluar dari benua tersebut, kemudian tumbuh menjadi besar pada lingkungan yang baru sampai sub-grup dari "pendiri" berpindah kembali (proses tersebut berulang hingga seluruh dunia dihuni).
Sumber: Scientific American bulan Juli 2008
No comments:
Post a Comment