Thursday, August 8, 2013

RED TIDES di Indonesia



Agaknya orang-orang sudah tidak peduli dengan pencemaran lingkungan yang mereka lakukan. Sepertinya mencemari lingkungan adalah perbuatan yang biasa dan dimaklumi banyak orang. Contoh kecilnya saja, membuang sampah di sungai adalah perbuatan yang wajar seolah sungai adalah tempat pembuangan sampah. Padahal sungai itu senndiri akan bermuara di lautan. Sehingga puncak dari pencemaran itu akan berada di lautan.

Tingkat pencemaran di lingkungan laut Indonesia masih tinggi, ditandai antara lain dengan terjadinya eutrofikasi, yaitu meningkatnya jumlah populasi alga akibat kelebihan nutrisi dari bahan-bahan anorganik, seperti pupuk urea, dll. “Nutrisi yang berlebihan tersebut, umumnya berasal dari limbah industri seperti mercury, limbah domestik seperti deterjen, maupun aktivitas budidaya pertanian di daerah aliran sungai yang masuk ke laut,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin KKP), Soen`an H. Poernomo, dalam siaran persnya, dikutip di Padang.

Kasus-kasus pencemaran di lingkungan laut disebut red tide– itu, antara lain terjadi di muara-muara sungai, seperti di Teluk Jakarta tahun 1992, 1994, 1997, 2004, 2005, 2006. Di Ambon terjadi pada tahun 1994 dan 1997, di perairan Cirebon-Indramayu tahun 2006 dan 2007, Selat Bali dan muara sungai di perairan pantai Bali Timur tahun 1994, 1998, 2003, 2007, dan di Nusa Tenggara Timur tahun 1983, 1985, 1989.

Fenomena ini disebabkan oleh makhluk hidup yang berasal dari kingdom protista yakni algae dan berjenis Dinoflagellata. Dan lebih jelasnya nama algae ini adalah Gymnodinium dan Protogonyaulax. Organisme ini menghasilkan warna merah dalam tubuhnya karena menghasilkan karotenoid yang warnanya merah racun saraf atau yang sering kita sebut neurotoksin.

Meski kerap terjadi, inventarisasi terjadinya red tide di Indonesia sampai saat ini masih belum terdata dengan baik, termasuk kerugian yang dialami. “Mungkin kurangnya pendataan red tide ini disebabkan oleh kejadiannya yang hanya dalam waktu singkat,” kata kepala Pusdatin KKP. Efek terjadinya red tide juga ditunjukkan penurunan kadar oksigen serta meningkatnya kadar toksin yang menyebabkan matinya biota laut, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme laut. Akibat lautan tertutup.... more read http://www.scribd.com/doc/159086192/RED-TIDES-di-Indonesia


No comments:

Post a Comment