Apa sih efisien? Apa bermain terus tiap hari itu efisien? Apa belajar terus tiap hari itu efisien? Jawabannya tentu saja tidak. Efisien itu berarti pemanfaatan waktu yang pas/ideal sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia dalam 24 jam itu. Coba kalian renungkan berapa jam kalian tidur? 8 jam? 6 jam? atau 2 jam? tidur ideal memang 8 jam. Namun tahukah kalian tidur 8 jam itu jika dihitung-hitung adalah 1/3 waktu 24 jam kita. Jadi selama hidup, kita akan menghabiskan waktu 1/3 umur kita hanya untuk tidur. Bukan begitu? Bayangkan 1/3 itu banyak sekali. Ibarat lingkaran yang dibagi 3, 1 bagiannya hanya untuk tidur. Jelas ini tidak efektif. Lalu tidur yang efektif itu berapa jam sih? ya 4-6 jam. Jangan tidur lebih dari itu ya girls! Kalau tidak mau dibilang pemalas. Ingat pemalas jodohnya jauh. Apalagi rezekinya. yuk kita mulai mengefisienkan waktu kita. Dimulai dari efisienkan waktu tidur kita. Lalu kita akan memulai hari dengan efisien jika kita bisa mengatur pola tidur menjadi efisien seperti ini.
Selamat Hari Kartini :)
Monday, April 20, 2015
Mendekatkan Sains Lewat Eksperimen
Sainss? Siapa sih yang tidak tahu?? Itu tuh Ilmu Pengetahuan Alam. Yap ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar kita dan fenomena atau kejadian yang terjadi di dalamnya. Sains biasanya identik dengan hewan-hewan, tumbuhan dan manusia. Memang kebanyakan sains di tahap Sekolah Dasar baru mempelajari tentang biologi. Namun jangan salah ada fisikanya juga lho. Porsinya sama besar 50%:50%. Jadi kalau kami mau buat soal latihan 10 nomor ya 5 soal biologi dan 5 soal fisika. Banyak anak-anak tidak menyukai sains karena anggapan bahwa sains itu susah, harus hafalan (kalau biologi) dan banyak itungannya (kalau fisika). Namun para guru harus bisa mengatasi hal ini. Ganti metode mengajar kalian wahai para guru (karena saya juga guru). Metode mengajar sains tidak cocok jika hanya menggunakan ceramah. Eksperimen sains sederhana dapat menarik minat anak untuk mempelajarinya. Misalnya saja eksperimen balon ajaib. Bahan-bahan yang diperlukan sederhana yaitu: balon, botol air mineral bekas 600 ml, soda kue, air dan karet gelang.
Langkah:
1. Masukkan air kedalam botol secukupnya (1/20)
2. Masukkan soda kue ke dalam balon secukupnya
3. Pasang balon di atas tutup botol, ikat kuat dengan karet gelang
4. Balik ujung balon yang ada soda kuenya ke dalam botol
5. Amati apa yang terjadi.
yap balon pasti akan mengembang. Ajaib kan?? Anak-anak SD dari kelas 1-6 pun suka melihatnya. Mereka pasti akan mengira itu ajaib sekali. Namun tahukan kalian itu adalah fenomena sains. Soda kua (atau natrium karbona/ NaCO3) yang bersentuhan dengan air akan membuat gas CO2 (Karbondioksida). Nah gas inilah yang nanti akan membuat balon mengembang bahkan tanpa ditiup. Sains bukan? Akan lebih muah jika kalian menggunakan eksperimen. Namun hal ini akan menjadi rumit dan membosankan jika hanya ceramah dan teori saja. Jiwa anak-anak adalah jiwa bermain. Sehingga tidak cocok jika pembelajaran hanya dilakukan lewat teori apalagi sains. Ayo para guru sains perbarui metode mengajar kalian! Karena Sains yang hebat akan membuat Indonesia jadi negara yang kuat.
Selamat Hari Kartini :)
KPAN dan KPAP
Pendidikan... Ya semua orang percaya pendidikan akan mengubah suatu negara ke arah yang lebih baik. Sayapun percaya melalui pendidikan kita bisa mengubah pola pikir seorang menjadi lebih dinamis dan terbuka untuk kemajuan. Sayangnya di negeri kami tercinta ini pemerataan pendidikan masih menjadi masalah serius. Bukan hanya ketimpangan geografis, status sosial pun kerap menjadi pemicu. masalah geografis sudah ditangani pemerintah melalui program SM3T (Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal), namun yang satu ini masalah status sosial belum diperhatikan. Pernahkah terpikir di benak kalian?? Mayoritas profesi penduduk Indonesia adalah nelayan dan petani. Ini hampir 50% dari total penduduk Indonesia. Meskipun GDP Indonesia besar namun itu hasil dari konglomerat kalangan atas yang kian hari semakin kaya. Anak-anak dari golongan atas ini mendapatkan pendidikan yang sangat layak. Bahkan sejak mereka masih di dalam kandungan melalui berbagai jenis olah kecerdasan melalui musik-musik opera. Memasuki usia 2-3 tahun mereka sudah dimasukkan ke Kelompok Belajar. Usia 4-5 tahun mereka dimasukkan ke Taman kanak-kanak dan 6-12 tahun mereka dimasukkan ke elementary school. Kebanyaak anak orang-orang seperti ini tidak masuk ke sekolah biasa. Mereka bersekolah di tempat 'wah' yang penuh fasilitas mewah dan bertitel 'international school'. Namun sadarkah kalian? Banyak anak-anak kami (nelayan dan petani) yang bahkan untuk SD sajapun susah. Mengapa? Bukan karena kami tidak menginginkannya. Kami sangat ingin sekolah. Lalu mengapa kami tidak sekolah? Kami, anak para nelayan dan petani terlalu sibuk membantu menafkahi keluarga. Bayangkan, sejak pagi buta kami harus ke pelabuhan untuk menjemput ayah kami yang baru selesai melaut. Membantu beliau menurunkan ikan dan membawanya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Saat siang menjelang kami harus membantu ibu kami untuk mengolah sebagian hasil tangkapan yang tidak terjual. Pengetahuan kami sangat minim, sehingga kami hanya mampu mengolahnya menjadi ikan asin. Yang akan menjadi persediaan bahan makanan kami jikalau musim badai datang dan ayah kami tidak bisa melaut. Memang tidak semua anak nelayan tidak bersekolah. Kakak kami bahkan mampu meneruskan hingga ke perguruan tinggi, meski dengan perjuangan yang tidak mudah. Kami ingin. Namun apa daya, kami masih kecil.
Komunitas Peduli Anak Nelayan (KPAN) bagai air tawar segar yang menyiram tubuh kami. Kakak-kakak ini meskipun bergelar sarjana tidak malu bergaul dengan kami. Bahkan mereka dengan bangga mau mengajari kami. Kami bersyukur memiliki mereka. Tidak hanya belajar dari buku, kamipun belajar dari alam. Pernah suatu ketika kami melaut bersama untuk mempelajari biota laut apa saja yang hidup di tempat kami. Semoga KPAN bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Selain KPAN, Kami juga punya KPAP (Komunitas Peduli Anak Petani). Karena di daerah kami bukan hany ad anelayan namun juga ada petani. Kalau yang KPAP lebih asyik lagi karena kami belajar lewat alam yang sejuk dan indah seperti di sawah, kebun atau ladang. Harapan kami semoga KPAP dan KPAN segera terwujud terutama di daerah kami, REMBANG BUMI KARTINI.
Selamat Hari Kartini all :)
NB: KPAN dan KPAP baru sebatas wacana kawan. Kami belum mewujudkannya karena keterbatasan personil. Mohon do'a dan dukungannya agar KPAN dan KPAP bisa segera terwujud. aamiin.
Komunitas Peduli Anak Nelayan (KPAN) bagai air tawar segar yang menyiram tubuh kami. Kakak-kakak ini meskipun bergelar sarjana tidak malu bergaul dengan kami. Bahkan mereka dengan bangga mau mengajari kami. Kami bersyukur memiliki mereka. Tidak hanya belajar dari buku, kamipun belajar dari alam. Pernah suatu ketika kami melaut bersama untuk mempelajari biota laut apa saja yang hidup di tempat kami. Semoga KPAN bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Selain KPAN, Kami juga punya KPAP (Komunitas Peduli Anak Petani). Karena di daerah kami bukan hany ad anelayan namun juga ada petani. Kalau yang KPAP lebih asyik lagi karena kami belajar lewat alam yang sejuk dan indah seperti di sawah, kebun atau ladang. Harapan kami semoga KPAP dan KPAN segera terwujud terutama di daerah kami, REMBANG BUMI KARTINI.
Selamat Hari Kartini all :)
NB: KPAN dan KPAP baru sebatas wacana kawan. Kami belum mewujudkannya karena keterbatasan personil. Mohon do'a dan dukungannya agar KPAN dan KPAP bisa segera terwujud. aamiin.
Subscribe to:
Posts (Atom)