Monday, April 20, 2015

KPAN dan KPAP

Pendidikan... Ya semua orang percaya pendidikan akan mengubah suatu negara ke arah yang lebih baik. Sayapun percaya melalui pendidikan kita bisa mengubah pola pikir seorang menjadi lebih dinamis dan terbuka untuk kemajuan. Sayangnya di negeri kami tercinta ini pemerataan pendidikan masih menjadi masalah serius. Bukan hanya ketimpangan geografis, status sosial pun kerap menjadi pemicu. masalah geografis sudah ditangani pemerintah melalui program SM3T (Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal), namun yang satu ini masalah status sosial belum diperhatikan. Pernahkah terpikir di benak kalian?? Mayoritas profesi penduduk Indonesia adalah nelayan dan petani. Ini hampir 50% dari total penduduk Indonesia. Meskipun GDP Indonesia besar namun itu hasil dari konglomerat kalangan atas yang kian hari semakin kaya. Anak-anak dari golongan atas ini mendapatkan pendidikan yang sangat layak. Bahkan sejak mereka masih di dalam kandungan melalui berbagai jenis olah kecerdasan melalui musik-musik opera. Memasuki usia 2-3 tahun mereka sudah dimasukkan ke Kelompok Belajar. Usia 4-5 tahun mereka dimasukkan ke Taman kanak-kanak dan 6-12 tahun mereka dimasukkan ke elementary school. Kebanyaak anak orang-orang seperti ini tidak masuk ke sekolah biasa. Mereka bersekolah di tempat 'wah' yang penuh fasilitas mewah dan bertitel 'international school'. Namun sadarkah kalian? Banyak anak-anak kami (nelayan dan petani) yang bahkan untuk SD sajapun susah. Mengapa? Bukan karena kami tidak menginginkannya. Kami sangat ingin sekolah. Lalu mengapa kami tidak sekolah? Kami, anak para nelayan dan petani terlalu sibuk membantu menafkahi keluarga. Bayangkan, sejak pagi buta kami harus ke pelabuhan untuk menjemput ayah kami yang baru selesai melaut. Membantu beliau menurunkan ikan dan membawanya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Saat siang menjelang kami harus membantu ibu kami untuk mengolah sebagian hasil tangkapan yang tidak terjual. Pengetahuan kami sangat minim, sehingga kami hanya mampu mengolahnya menjadi ikan asin. Yang akan menjadi persediaan bahan makanan kami jikalau musim badai datang dan ayah kami tidak bisa melaut. Memang tidak semua anak nelayan tidak bersekolah. Kakak kami bahkan mampu meneruskan hingga ke perguruan tinggi, meski dengan perjuangan yang tidak mudah. Kami ingin. Namun apa daya, kami masih kecil.
Komunitas Peduli Anak Nelayan (KPAN) bagai air tawar segar yang menyiram tubuh kami. Kakak-kakak ini meskipun bergelar sarjana tidak malu bergaul dengan kami. Bahkan mereka dengan bangga mau mengajari kami. Kami bersyukur memiliki mereka. Tidak hanya belajar dari buku, kamipun belajar dari alam. Pernah suatu ketika kami melaut bersama untuk mempelajari biota laut apa saja yang hidup di tempat kami. Semoga KPAN bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Selain KPAN, Kami juga punya KPAP (Komunitas Peduli Anak Petani). Karena di daerah kami bukan hany ad anelayan namun juga ada petani. Kalau yang KPAP lebih asyik lagi karena kami belajar lewat alam yang sejuk dan indah seperti di sawah, kebun atau ladang. Harapan kami semoga KPAP dan KPAN segera terwujud terutama di daerah kami, REMBANG BUMI KARTINI.
Selamat Hari Kartini all :)
NB: KPAN dan KPAP baru sebatas wacana kawan. Kami belum mewujudkannya karena keterbatasan personil. Mohon do'a dan dukungannya agar KPAN dan KPAP bisa segera terwujud. aamiin.

No comments:

Post a Comment